Ini temen-temenku di kost.,
Yang ini namanya Vivi. Dia Cute, IQ diatas rata-rata, pernah menang olompiade matematika . Vivi jago nulis lho, tulisannya jahil, lucu, bikin kentut terus. Dia sering jadi korban kecerobohanku, sering ngotorin kamarnya, sering pinjem laptop dia. Intinya temen yang baik, meski kadang agak childish. Gak papa, itu lah dia. Vivi suka warna Pink. Panggilan kesayangan : Vie
Nah ini dia temenku, Giska. Orangnya dewasa, hidupnya penuh keteraturan dan ketelitian. Cita-citanya jadi akuntan. Baek ni Giska sering minjemin laptop plus modemnya. Kita sering curhat-curhatan tentang cowok, keluarga, kuliah, fashion, dsb. Giska suka warna Biru dan dia sangat fashionable. Panggilan kesayangan : Geezz
Denis, si feminim cantik dan cute tapi suka lagunya A7X, benci ama bulu kaki. (hahahaa aku juga). Denis gak suka daging-dagingan, dia berusaha keras menghindari daging dan memprioritaskan sayur dalam setiap menunya. Kalo dia besar nanti kayanya bakalan jadi vegetarian sejati. Panggilan kesayangan : Dean
Dari kiri ke kanan, Mbak Vanny, Clara, Giska, aku.
Mbak vanny sekamar ama aku, kuliah jurusan pertanian. Orangnya kalo uda cerita bisa rame banget sampe histeris. Aku sering di kasih macem-macem ama mbak Vanny, mulai dari facial wash, toner, kue, snack, di beliin es krim. Pokoknya Mbak Vanny baik banget deh. Dia sering ngeluarin duit buat aku. Dan aku heran, duitnya gak pernah habis. Panggilan kesayangan : Vand
Clara dulu sekamar ama Giska dan Denis, tapi karena suatu sebab dia pindah kost beberapa bulan yang lalu. Sedih pisah ama dia. Coz, cuma pipinya Clara yang bisa aku gemesin. Clara pendiem, kalem, pembawaannya tenang. Tapi kalo dia marah bikin semua panik. Panggilan kesayangan : Rharha
itu tadi cerita tentang sebagian temen aku di kost. Sebagian lagi gak bisa aku ceritain, soalnya aku gak nyimpen fotonya. Maybe Next time aja kali ya.
Cari Blog Ini
Sabtu, 18 September 2010
Andai aku penyihir dan Bersekolah di Hogwarts
Aku suka banget sama Harry Potter. Dan kehidupan penyihir begitu menyilaukan, nyaris membutakan kedua ku. Sejujurnya aku haus akan petualangan. Dan menjadi penyihir (mungkin) akan membawaku pada sebuah petualangan. Mungkin dalam hal itu aku akan jadi korbannya. Maksudku, aku terbunuh atau tangan dan kakiku patah, sekali lagi ini kan petualangan, tentu saja mengandung resiko. Hmm tapi aku sih pinginnya petulangan dalam hal cinta. Yah ceritanya seorang wanita penyihir jatuh cinta sama seorang penyihir yang hebat. Dia terkenal diantara wanita penyihir, ramah, agak misterius dan tentu aja ganteng.
Akulah penyihir wanita yang jatuh cinta pada si penyihir jenius, sebut aja Ernest. Ok aku jatuh cinta ama Ernest trus.... sebagai penyihir aku kebingungan ama perasaan ini. Yah sulit menyangkal kalo aku hanya penyihir yang sama sekali gak bisa diandalkan. Ceroboh, pelupa, hahaha betapa bodohnya aku. Sebagai penyihir yang baru lulus akademi, kemampuanku hanya sebatas menulis. Aku suka menuangkan kekagumanku dalam bentuk tulisan. entah kenapa tulisan itu terasa hidup. Meski Ernest tidak akan membaca tulisanku ini, aku sudah merasa puas. Kemarin aku melihatnya, Ernest di Festival. Dia tampak tampan dengan jubah biru motif garis vertikal. Aku tidak berani menyapanya karena dia bersama keluarganya. Apa kata kakak dan adikya nanti jika aku datang dan merusak kesenangan mereka dengan sifatku yang ceroboh ini.
Aku menulis puisi untuknya. Tidak terlalu bagus memang. tapi ini lah aku di dalam perasaanku ada dia.
Mantra ini meremukkan kesedihanku
ku tiupkan lagi untukmu
syair dalam tenunan sarang laba laba
nyanyian ini untukmu
tuduhan ini terasa keji
benar, aku menginginkan dirimu dan lebih
dan persembahan segalannya bagimu
kerelaan ini pahit
sepertinya takkan ada ramuan yang dapat menyembuhkanku
aku inginkan waktu padaku
mampu menciptakan dunia kita berdua
Nyata telah lepas
kau pergi jauh dengan sapu terbangmu
dan aku menyangkal keraguanku dengan racun
itu tadi puisiku untuk Ernest. Untuk dia yang tidak pernah tahu bahwa aku ada. sementara aku bisu, yah kamu perlu tahu aku adalah penyihir yang bisu dalam hal cinta. Untuk Ernest, teruslah maju.
Akulah penyihir wanita yang jatuh cinta pada si penyihir jenius, sebut aja Ernest. Ok aku jatuh cinta ama Ernest trus.... sebagai penyihir aku kebingungan ama perasaan ini. Yah sulit menyangkal kalo aku hanya penyihir yang sama sekali gak bisa diandalkan. Ceroboh, pelupa, hahaha betapa bodohnya aku. Sebagai penyihir yang baru lulus akademi, kemampuanku hanya sebatas menulis. Aku suka menuangkan kekagumanku dalam bentuk tulisan. entah kenapa tulisan itu terasa hidup. Meski Ernest tidak akan membaca tulisanku ini, aku sudah merasa puas. Kemarin aku melihatnya, Ernest di Festival. Dia tampak tampan dengan jubah biru motif garis vertikal. Aku tidak berani menyapanya karena dia bersama keluarganya. Apa kata kakak dan adikya nanti jika aku datang dan merusak kesenangan mereka dengan sifatku yang ceroboh ini.
Aku menulis puisi untuknya. Tidak terlalu bagus memang. tapi ini lah aku di dalam perasaanku ada dia.
Mantra ini meremukkan kesedihanku
ku tiupkan lagi untukmu
syair dalam tenunan sarang laba laba
nyanyian ini untukmu
tuduhan ini terasa keji
benar, aku menginginkan dirimu dan lebih
dan persembahan segalannya bagimu
kerelaan ini pahit
sepertinya takkan ada ramuan yang dapat menyembuhkanku
aku inginkan waktu padaku
mampu menciptakan dunia kita berdua
Nyata telah lepas
kau pergi jauh dengan sapu terbangmu
dan aku menyangkal keraguanku dengan racun
itu tadi puisiku untuk Ernest. Untuk dia yang tidak pernah tahu bahwa aku ada. sementara aku bisu, yah kamu perlu tahu aku adalah penyihir yang bisu dalam hal cinta. Untuk Ernest, teruslah maju.
Langganan:
Postingan (Atom)