Aku habiskan sebagian liburanku di banyuwangi, tepatnya rumah budhe nunuk. Di sana yang aku kerjakan gak lebih dari bersih-bersih rumah, masak, nonton tipi dan tidur. Sebenarnya Banyuwangi punya tempat-tempat yang bagus buat refreshing. Karena aku gak diijinkan naik motor sendirian, jadi aku mutusin mendekam di rumah aja.
Budhe nunuk punya sifat yang bikin aku gerah. Orangnya Egois dalam artian tertentu. Beliau punya penyakit yang aku gak tau pasti itu penyakit apa, yang jelas sejak sakit itu budheku gak boleh makan asem, kecut, dan garam. Mak tien lah yang biasanya masak buat budhe nunuk, aku ditugasin untuk mbantu mak tien masak. Makanan Budheku harus spesial, tanpa garam, gak asem, gak pedas, minim rempah-rempah dan gak terlalu manis. Ini yang bikin aku kesal, di rumah kan gak cuma budhe nunuk aja yang makan, masih ada mas ali,masih ada aku dan kadang kadang Pakdhe Broto, pada dasarnya kami masih sehat walafiat dan bisa makan-makanan biasa, tapi semuanya harus makan apa yang Budheku makan. Aku harus bersabar karena selama seminggu aku makan makanan yang hambar. Budheku juga sering ngomel kalo aku makan coklat,gorengan yang pake petis, makan rujak, sambel dan sebagainya. katanya nanti sakit ini sakit itu. Oh my god, I still young. Bagiku sehat itu hanya sugesti. Sakita apa enggak tergantung bagaimana pikiran kita kan.
Suatu hari aku iseng-iseng masukin sedikit garam dalam masakanku. Trus pas makan budhe gak sadar kalo masakanku pake garam , dan ternyata Budheku makan dengan lahap dan gak terjadi apa-apa tuh.
Terlepas dari beberapa sifatnya yang menjengkelkan, dia punya sifat yang baik yang bikin aku betah banget. Dia ngasih aku uang yang banyak. Waktu aku mau balik ke malang dia ngasih aku uang saku 300ribu. Hehehehe, aku tertawa dalam hati. Budhe termasuk orang yang mudah mengeluarkan uang untuk orang lain. Dia menjadi donatur tetap di beberapa pesantren dan panti asuhan.
Budheku gak punya anak, makanya gajinya masih sisa banyak. Kalau budheku punya anak, pasti anaknya yang ngabisin duitnya.
Aku berpikir. Mungkin benar budhe ku menggangap aku anaknya tapi sayangnya dia kurang keibuan, kurang sensitif dalam memberi perhatian kepadaku. Mungkin karena gak tau caranya menjadi seorang ibu, dan karena dia gak pernah mengasuh anak dari kecil. Jadi aku mencoba menerima kelebihan dan kekurangan budheku. Aku sayang sama budheku. Aku merasa sedih kalau dia sakit. Budhe ku emang kadang menyebalkan, tapi aku banyak utang budi ama dia. Dan dia memang bukan Ibu kandungku. Namun dia mencoba menjadi ibu yang baik bagiku. Caranya dia mencintai diriku memang berbeda dan aku sulit memahaminya. Tapi aku akan terus mencoba memahami budhe Nunuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar