Cari Blog Ini

Rabu, 16 Maret 2011

Perbandingan Fenomena Bunuh Diri di Jepang dan di Indonesia part 2

Fenomena bunuh diri di indonesia
Mengakhiri hidup dengan bunuh diri di pandang sebagai dosa oleh sebagian besar masyarkat Indonesia. Hal ini karena sebagian besar masyarakat Indonesia beragama. Namun bukan hal yang tidak mungkin bunuh diri dapat terjadi di Indonesia.

 Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi ,dimana daya beli masyarakat mulai tumbuh, industri yang berkembang serta pemukiman diperkotaan yang semakin pesat, banyak menimbulkan dinamika kehidupan apakah itu berdampak positif atau pun berdampak negatif bagi perkembangan peradaban umat manusia.


Pembangunan infrastruktur harus diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia, pembangunan sumber daya manusia meliputi asfek kognitif, afektif dan psikomotor, ketiga asfek inilah yang menjadikan pembangunan yang diharapkan sesuai dengan visi dan misi dapat dipertahankan.

Apabila pembangunan sumber daya manusia tidak diimbangi dengan ketiga aspek tersebut di atas atau salah satu komponen itu ada yang tidak terikat maka akan muncul konflik di dalamnya, misalnya pembangunan sumber daya manusia pada bidang afektif kurang maka ada kecenderungan manusia tersebut mempunyai peradaban yang rendah misalnya banyaknya tindakan kriminal atau tindakan yang bertentangan dengan norma agama dan norma sosial.

Fenomena maraknya kasus bunuh diri di indonesia akhir – akhir ini terutama di kota – kota besar merupakan salah satu bentuk bahwa perlunya kesiapan mental manusia dalam menghadapi kehidupan ini, penanaman sisi kognitif, afektif dan psikomotor harus ditanamkan secara bersamaan. Kasus bunuh diri di Indonesia terutama di kota- kota besar mempunyai berbagai motif yang dilakukan oleh mereka. Namun, angka kematian akibat bunuh diri di tanah air belakangan cenderung meningkat.

Kasus yang disebabkan banyak faktor ini, cenderung dilakukan ditempat-tempat terbuka.

Di Provinsi Bali, berdasarkan data yang dihimpun Kepolisian Daerah Bali selama lima bulan tahun 2008 sebanyak 70 kasus, sementara tahun 2009 ada 39 kasus.Namun caranya berbeda, justru kasus yang terbanyak melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri sebanyak 36 orang, minum racun dua kasus, menceburkan diri ke sumur satu kasus. Pelakunya, sebagian besar dilakukan laki-laki. Untuk tahun ini sebesar 24 orang, sementara perempuan ada 15 orang. Sedangkan tahun 2008 ada 52 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.Untuk tingkat usia terbanyak 46-80 tahun ada 14 kasus, 26-45 tahun ada 12 kasus, dan 16-25 tahun dan 5-15 tahun masing-masing ada 11 dan 2. Jelas ini sangat memprihatinkan, apalagi latar belakang para pelaku bunuh diri karena sakit yang menahun ada 25 kasus, terhimpit masalah ekonomi 5 kasus, dan frustasi ada 9 kasus. Yang membuat miris, justru terbesar dilakukan petani sebanyak 22 kasus, swasta 10 kasus, buruh dan pelajar masing-masing 5 dan dua kasus.

Sementara pada lima tahun terakhir, berdasarkan data yang diluncurkan forensik FKUI/RSCM 2004 terdapat 771 orang laki-laki bunuh diri dan 348 perempuan bunuh diri. Dari jumlah tersebut, 41 persen melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri, dengan menggunakan insektisida 23 persen, dan overdosis mencapai 356 orang.  Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya.

Sementara untuk tahun 2007, terdapat 12 korban bunuh diri karena terimpit persoalan ekonomi, delapan kasus lainnya akibat penyakit yang tak kunjung sembuh lantaran tidak punya uang untuk berobat, dan dua kasus akibat persoalan moral yakni satu orang lantaran putus cinta, dan seorang akibat depresi.  Lalu pada 2008, berdasarkan data sejak awal 2008 hingga bulan April sudah ada 11 kasus bunuh diri yang terjadi di Kabupaten Banyumas atau rata-rata tiap bulannya hampir tiga kasus.

Adapun faktor psikologi yang mendorong orang bunuh diri adalah dukungan sosial kurang, baru kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara psikologi, konflik berat pengungsi dan sebagainya. Sementara berdasarkan data dari Sumber Wahana Komunikasi Lintas Spesialis menunjukan, di Indonesia tidak ada data nasional secara spesifikasi tentang bunuh diri. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.

Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, laki laki melakukan bunuh diri (comite suicide) empat kali lebih banyak dari perempuan. Namun, perempuan melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki.  Posisi Indonesia sendiri hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang mencapai 250.000 per tahun.

Perlu kita sadari kasus bunuh diri yang paling menggemparkan adalah bom bunuh diri yang dilakukan atas nama jihad, yang dilakukan di lokasi strategis dan menyebabkan jatuh banyak korban. Dalam kasus bom bunuh diri negara mengalami kerugian besar. Dan lagi, banyak nyawa yang tidak bersalah harus hilang begitu saja tanpa ada pertanggung jawaban yang nyata. Karena kita tahu bom bunuh diri memiliki jaringan dan yang menyulitkannya lagi kita tahu bahwa pelakunya mati. Jadi sulit untuk mendapatkan informasi dan meringkus dalang sebenarnya.

Tidak ada komentar: