Cari Blog Ini

Kamis, 17 Februari 2011

Kaze, yama dan arashi

Beberapa hari terakhir ini aku sering mendengar deru angin yang sempat membuatku merinding.

Aku menengok keluar, hembusan angin terasa kencang menerpaku lewat cela jendela. Aku memperhatikan sebuah antenna yang ditopang kabel-kabel. Angin bertiup, dan ketika angin menerpa dan terbelah oleh kabel-kabel itu, timbul suara mirip Cello yang dimainkan dengan kasar.

Perlahan angin bertiup semakin lembut, dan sura berisik itu berubah menjadi alunan Rhapsody. Riuhnya rangkaian nada alam membuaiku masuk kedalam fantasi.


Yang aku lihat adalah rumahku. Ya, aku melihat rumahku yang berisik dan ramai oleh tawa dan tangis manja adikku, suara cempreng bapakku yang cerewet

Angin membawaku pergi.

Namun dalam hati bertanya, ini fantasi ataukah memory yang lama terpendam. Andai aku mampu melebur jadi satu dalam hempasan angin. Karena saat aku kehilangan asa aku merasa kosong.

Seperti angin topan yang meluluhlantahkan seluruh lahan sawah padi siap panen, dan ketika angin itu diburu ia hilang dalam sekejap, tercerai berai oleh cuaca yang tiba-tiba berubah panas. Hilang lah keberadaan angin itu. Dan tak seorangpun mengharapkan Angin topan itu kembali.

Terlalu banyak tekanan yang mebuatku akhirnya tersesat dan salah memilih jalan. Dengan menyeret satu kaki yang tiba-tiba lumpuh tanpa sebab aku terus berjalan dengan menggenggam obor ditanganku.

Masih banyak harapan, namun aku masih bingung menentukan solusi. Belajar dari kesalahan sebelumnya, aku yang naïf dan terlalu percaya diri ini akhrirnya jatuh dalam kekecewaan.

Mataku tertuju pada sebuah gunung hijau kebiruan menjulang sampai kelangit tanpa tiang.
Kutulis sebuah karakter di atas pasir,山 yang artinya gunung. Kupandangi gunung itu dan karekter yang aku tulis di atas pasir secara bergantian. Gunung yang besar mapu membuat bumi yang berguncang kembaki tenang. Bukankah gunung sebuah lambang keagungan dan kemegahan alam? Puncak gunung yang tinggi selalu menggodaku untuk ditaklukkan.

Aku memandang karakter 山yang akau buat. Aku merasa karakter itu separuhnya melesap dalam tubuhku. Dibawah karakte itu aku menulis karakter baru dibawahnya、風, angin. Aku selalu menjadi angin yang angin-anginan. Naif, mengapa aku begitu naïf dan terlalu percaya diri. Aku tak pernah menempa diriku dalam kesabaran hingga akhirnya aku kehilangan arah.

Beberapa menit kemudian aku sadar, dua karakter yang aku tuliskan bisa digabung menjadi satu karakter dan membentuk makna baru. 嵐 yang artinya badai.

Mampukah aku menjadi 風yang dapat menaklukan 山.Biarlah aku memiliki diriku. Yanga aku butuhkan saat ini hanyalah mengumpulkan keberanian dan memusatkan kekuatanku pada satu titik.:D

Tidak ada komentar: